Minggu, 30 September 2012

Tinjauan Historis Menghadapi Krisis Pangan : Kajian Tematik Terhadap Kebijakan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam dalam menghadapi Krisis Pangan


Sebagaimana kita tahu manusia tidak bisa dilepaskan dari sejarahnya, bahkan kita diperintahkan untuk mengambil pelajaran dari sejarah yang telah berlalu. Karena dari sejarah kita bisa belajar berbagai hal termasuk bagaimana manajemen pengelolaan pangan yang diterapkan di masa kenabian Yusuf ‘Alaihissalam, sebagai tindakan preventif dalam menghadapi krisis pangan yang akan terjadi.
Ancaman krisis pangan bukan merupakan hal baru tetapi hal ini sudah terjadi sejak peradaban Mesir kuno. Pada masa itu sejarah mencatat terjadi krisis pangan akibat perubahan iklim ekstrim yakni musim hujan (masa subur) dan El-Nino (musim kering) selama tujuh tahun berturut-turut. Walaupun pada saat ini kita belum pernah mengalami kondisi seekstrim itu. Informasi ancaman pangan datang dari mimpi raja Mesir pada saat itu yang melihat tujuh ekor sapi yang kurus dan tujuh butir gandum yang hijau serta 7 yang lainnya yang kering. Dengan kejadian mimpi seperti itu kemudian dia mengundang para pegawai istana termasuk para cerdik cendikia untuk mendapatkan informasi yang jelas dari mimpi yang dialaminya. Saat keadaan itu tampillah Nabi Yusuf sebagai penta’wil mimpi untuk memprediksi 14 tahun kedepan yang akan terjadi. Tentunya apa yang Nabi Yusuf sampaikan datang melalui wahyu sebagai ‘Pengetahuan’ langsung yang diterima dari Tuhannya. Dengan kemampuan, Pengetahuan, amanah serta seorang yang dapat dipercaya akhirnya Raja Mesir mengangkat Yusuf sebagai bendaharawan negara (QS. 12:55).
Nabi Yusuf ‘Alaihissalam yang dianugerahi kecerdasan oleh Allah SWT. menyusun strategi antisipasif dengan melaksanakan produksi massal gandum, teknologi pasca panen yakni dengan melakukan penyimpanan dengan memetik bersama tangkainya, manajemen stok pangan yang berkeadilan dan dengan prinsip tolong-menolong yang diterapkan antar warga yang mengalami kesulitan pangan. Semua langkah yang dilakukan oleh Beliau disebutkan secara tersirat di dalam Al-Qur’an (QS.12: 43-53).
Pertanyaannya bagaimana kita bisa mengaplikasikan sejarah yang kembali berulang di masa kita. Negara kita adalah negara yang subur dan potensi pertanian yang ada disini sungguh besar sehingga negeri kita disebut sebagai negara agraris. Kalau dilihat dari sini jelas kita berbeda dengan Mesir, Namun sangat ironis dengan banyak sekali bahan pangan yang diimpor dari negeri tetangga. Jangan sampai kita melawan dan menyalahi takdir Allah yang sudah  anugerahkan berupa  potensi Sumberdaya alam yang kaya raya  salah satunya dengan menyediakan kesuburan tanah yang cocok untuk segala jenis tanaman. Kebijakan pemerintah yang tidak pro kepada petani ditambah dengan banyaknya oknum masyarakat yang mengkonversi lahannya untuk kepentingan lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi. Mereka berfikir bahwa pertanian yang selama ini dijalani tidak memberikan dampak positif secara ekonomi.
Dari sejarah di atas kita bisa mengambil pelajaran yang bisa kita tiru dalam menghadapi krisis pangan yang mungkin saja terjadi. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam memiliki pengetahuan yang luas, komprehensip serta terintegrasi mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengelola hasil pangan. ‘Pengetahuan’ yang beliau miliki tentunya dari wahyu yang Allah anugerahkan kepadanya, sementara kita saat ini hanya bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat empiris dari pendekatan sains. Pentingnya pengetahuan sangat dirasa hal yang paling penting. Kurangnya penguasaan informasi dan data yang ada terkait kondisi pertanian meruapakan kendala terberat yang dihadapi para stakeholder saat ini. Sehingga kebijakan yang diterapkan bersifat parsial dan tidak integratif.
Pengetahuan yang berkaitan dengan peguasaan informasi dan data yang real merupakan hal mutlak yang harus dimiliki setiap pemangku kepentingan (stakeholder) baik petani, pemerintah, investor dan konsumen. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam mendapatkan informasi yang lengkap melalui perantara wahyu. Sementara saat ini wahyu sudah tidak turun lagi, maka kita bisa menggunakan sarana prasarana moderen dalam mendapatkan informasi terkait kondisi pertanian yang ada. Penggunaaan IT dalam  mendata petani, kondisi lahan, pendamping petani, pemasaran dan hal-hal yang  terintegrasi dari  hulu sampai ke hilir menjadi hal mutlak yang harus dikuasai sehingga kondisi harga stabil dan stok cadangan pangan terjamin.
Selama ini pemerintah kadang memberikan statement yang seolah-olah kondisi pangan yang ada aman bahkan bisa mengalami surplus, namun hal itu hanya pernyataan belaka tanpa tahu dimana lahannya, siapa petaninya, berapa produktifitas yang dihasilkan lahan tersebut. Hal ini terjadi karena data dan informasi yang diterima tidak menyeluruh karena tidak didukung dengan teknologi informasi terkini sehingga menghambat ‘pengetahuan’ itu sendiri. Sehingga dengan hal tersebut banyak sekali kebijakan yang berupa  perundang-undangan atau Perda yang tidak realistis bahkan cenderung merugikan petani.
Dengan bekal pengetahuan yang komrehensip dari data dan informasi yang akurat kita bisa melakukan langkah-langkah yang bersifat teknis, sosiologis, teologis, serta manajemen dampak.
Pada langkah teknis kita memerlukan pengetahuan terkait pembenihan, intensifikasi pertanian, manajemen stok dan manajemen sumberdaya. Perbenihan mulai dari perakitan varietas yang toleran cekaman abiotik (tahan rendaman maupun toleran kekeringan), cekaman biotik (hama penyakit), produktivitas tinggi, maupun melalui teknologi benih yang dapat meningkatkan daya simpan sehingga varietas tersebut dapat tersedia di lapangan. Pada manajemen stok institusi negara dituntut untuk menjamin ketersediaan pangan sehingga terjamin sepanjang tahun. Dalam kondisi krisis, maka mekanisme pasar hanya akan menguntungkan segelintir rent seeker, sehingga perlu diambil alih negara. Pada manajemen sumberdaya terutama air perlu dilakukan pengelolaan kelimpahan air sehingga pada saat kekeringan bisa dimanfaatkan, kampanye penghematan air perlu terus digalakkan.
Langkah sosiologis merupakan pendekatan yang harus dilakukan terhadap para petani, yakni pendekatan manusia dalam sistem tolong menolong dan partisipasi petani. Sebetulnya hal ini adalah jatidiri bangsa kita yang saat ini mulai terkikis dan harus mulai dibangkitkan kembali. Masalah pangan tidak bisa diselesaikan secara sendiri tapi harus diselesaikan secara bersama dan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Partisipasi yang dilakukan petani penting adanya dalam menjamin keberlanjutan pasokan pangan. Sudah selayaknya petani mendapatkan apresiasi berupa intensif harga, kemudahan akses saprodi dan proteksi negara.
Langkah teologis dilakukan dengan mengaktifkan berupa lembaga keuangan mikro yang bebas dari riba dan pemberdayaan serta pengelolaan zakat yaitu pendekatan yang berkeTuhanan sebagaimana negara ini berdiri dengan tidak mengesampingkan aspek teologis yang termaktub dalam Preambule Pembukaan UUD 1945.  Zakat dilakukan melalui mekanisme retribusi aset yang dimiliki kalangan kaya untuk didistribusikan kepada mereka yang miskin serta mendukung program kepentingan umum/bersama. Sasaran daripada zakat bukan agar semua orang sama rata tetapi agar tidak terjadi ketimpangan yang dirasakan seperti saat ini. Ketimpangan di bidang ekonomi biasanya akan berdampak pada bidang lainnya yakni politik budaya hingga keamanan. Pada kondisi krisis ini tentunya yang kita inginkan tetap aman  dan damai seperti yang terjadi pada masa Nabi Yusuf.
Pada bagian terakhira adalah bagaimana kita mengelola manajemen dampak jika krisis pangan benar-benar terjadi. Upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk tim yang akan mengeksekusi serta mempunyai keahlian yang tidak diragukan lagi di bidangnya serta mempunyai integritas dan moral yang tinggi seperti apa yang dicontohkan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Dukungan sistem anggaran dan penyediaan stok di wilayah-wilayah yang rawan, distribusi secara berkeadilan dan upaya hukum apabila terjadi kecurangan atau penimbunan bahan makanan pangan.
Kesimpulannya krisis tidak selamanya menjadi ancaman dan bencana serta suatu kekhawatiran yang berlebihan namun bisa menjadi sebuah peluang dalam meningkatkan produktifitas pangan dan memacu masyarakat meningkatkan semangat dan solidaritas sesamanya. Hal ini akan terwujud dengan adanya kepemimpinan yang amanah serta berpengetahuan dengan mengedepankan sifat Keadilan sehingga akan terwujud tatanan masyarakat yang memiliki Kesejahteraan yang mampu membawa negara keluar dari ancaman krisis pangan yang selama ini menghantui kita.

Selamat Mencoba
Samsam Nurhidayat
Mahasiswa Agribisnis Universitas Djuanda Bogor semester 7

Senin, 17 September 2012

Jamaah Al-Islamiyah Mesir Minta Presiden Mursi untuk Batalkan Kunjungan ke 

 Jamaah Al-Islamiyah Mesir Minta Presiden Mursi untuk Batalkan Kunjungan ke AS

Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Jamaah al-Islamiyah mendesak Presiden Mesir Muhammad Mursi membatalkan kunjungannya ke Amerika Serikat pada tanggal 23 September mendatang untuk berpidato di Majelis Umum PBB, karena ketegangan saat ini di negara-negara Arab dan Islam terkait atas film yang melecehkan nabi Muhammad.

"Film ini diproduksi oleh Kristen Koptik di bawah naungan Amerika," kata Assimm Abdul Majid, seorang tokoh terkemuka dalam kelompok Jamaah al-Islamiyah. "Seluruh rakyat Mesir menolaknya (film)."

Abdul Majid juga mengeyampingkan kekhawatiran bahwa AS mungkin menghentikan bantuan ke Mesir. "Hal ini bukan kepentingan AS, karena mereka tahu bahwa kita adalah negara adidaya di wilayah ini," ujarnya.

Sementara itu, Hamada Nassar, seorang juru bicara Jamaah al-Islamiyah , mengatakan AS pasti akan menghapus film dari semua situs web yang ada Google jika itu terjadi terhadap orang-orang Yahudi.

"Kami telah memilih Mursi untuk membela agama dan kesucian kami," katanya. "Dia tidak perlu takut adanya pemotongan bantuan militer AS, karena Allah akan membantu kita."(fq/ei)

Kiat Menghafal dari : Dr. Abdul Muhsin Al Qasim (Imam dan Khatib masjid Nabawi)

Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad salallaahu alayhi wassalam.
Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah untuk menghafalkan al quran. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan al-Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalnya. Disini akan kami bawakan contoh praktis dalam mempraktekannya:
Misalnya saja jika anda ingin menghafalkan surat an-nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini:

1- Bacalah ayat pertama 20 kali:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}
2- Bacalah ayat kedua 20 kali:
وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}
3- Bacalah ayat ketiga 20 kali:
وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}
4- Bacalah ayat keempat 20 kali:
وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}
5- Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali.
6- Bacalah ayat kelima 20 kali:
وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}
7- Bacalah ayat keenam 20 kali:
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}
8- Bacalah ayat ketujuh 20 kali:
لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}
9- Bacalah ayat  kedelapan 20 kali:
وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}
10- Kemudian membaca  ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali.
11- Bacalah ayat  ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya hingga selesai seluruh al Quran, dan jangan sampai menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, agar tidak berat bagi anda untuk mengulang dan menjaganya.
BAGAIMANA CARA MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA?
Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda, kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.
BAGIMANA CARA MENGGABUNG ANTARA MENGULANG (MURAJA'AH) DAN MENAMBAH HAFALAN BARU?
Jangan sekali-kali anda menambah hafalan tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya, karena jika anda menghafal al quran terus-menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu hingga bisa menyelesaikan semua al quran, kemudian anda ingin mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali, karena secara tidak disadari anda akan banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal dan seolah-olah menghafal dari nol, oleh karena itu cara yang paling baik dalam meghafal al quran adalah dengan mengumpulkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Anda bisa membagi seluruh mushaf menjadi tiga bagian, setiap 10 juz menjadi satu bagian, jika anda dalam sehari menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga anda dapat menyelesaikan sepuluh juz, jika anda telah menyelesaikan sepuluh juz maka berhentilah selama satu bulan penuh untuk mengulang yang telah dihafal dengan cara setiap hari anda mengulang sebanyak delapan halaman.
Setelah satu bulan anda mengulang hafalan, anda mulai kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, dan mengulang setiap harinya 8 halaman sehingga anda bisa menyelesaikan 20 juz, jika anda telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulang, setiap hari anda harus mengulang 8 halaman, jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah enghafal kembali setiap harinya satu atau dua halaman tergantung kemampuan dan setiap harinya mengulang apa yang telah dihafal sebanyak 8 lembar, hingga anda bisa menyelesaikan seluruh al-qur an.
Jika anda telah menyelesaikan 30 juz, ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan setiap harinya setengah juz, kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya juga setiap harinya diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama, kemudian pindahlah untuk mengulang sepuluh juz terakhir dengan cara yang hampir sama, yaitu setiapharinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
BAGAIMANA CARA MENGULANG AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH MENYELESAIKAN MURAJAAH DIATAS?
Mulailah mengulang al-qur an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari, dengan demikian maka anda akan bisa mengkhatamkan al-Quran  setiap dua minggu sekali.
Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insya Allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal al qur an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.
APA YANG DILAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL QUR AN SELAMA SATU TAHUN?
Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun,  jadikanlah al qur an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi r semasa hidupnya, beliau membagi al qur an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan al-quran setiap 7 hari sekali.
Aus bin Huzaifah rahimahullah; aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi al qur an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawab: "kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat,  dan wirid mufashal dari surat qaaf hingga khatam ( al Qur an)". (HR. Ahmad).
Jadi mereka membagi wiridnya sebagai berikut:
-      Hari pertama: membaca surat "al fatihah" hingga akhir surat "an-nisa",
-      Hari kedua: dari surat "al maidah" hingga akhir surat "at-taubah",
-      Hari ketiga: dari surat "yunus" hingga akhir surat "an-nahl",
-      Hari keempat: dari surat "al isra" hingga akhir surat "al furqan",
-      Hari kelima: dari surat "asy syu'ara" hingga akhir surat "yaasin",
-      Hari keenam: dari surat "ash-shafat" hingga akhir surat "al hujurat",
-      Hari ketujuh: dari surat "qaaf" hingga akhir surat "an-naas".
Para ulama menyingkat wirid nabi dengan al-Qur an menjadi kata: " Fami bisyauqin ( فمي بشوق ) ", dari masing-masing huruf tersebut menjadi symbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya maka:
-      huruf "fa" symbol dari surat "al fatihah", sebagai awal wirid beliau hari pertama,
-      huruf "mim" symbol dari surat "al maidah", sebagai awal wirid beliau hari kedua,
-      huruf "ya" symbol dari surat "yunus", sebagai wirid beliau hari ketiga,
-      huruf "ba" symbol dari surat "bani israil (nama lain dari surat al isra)", sebagai wirid beliau hari keempat,
-      huruf "syin" symbol dari surat "asy syu'ara", sebagai awal wirid beliau hari kelima,
-      huruf "wau" symbol dari surat "wa shafaat", sebagai awal wirid beliau hari keenam,
-      huruf "qaaf" symbol dari surat "qaaf", sebagai awal wirid beliau hari ketujuh hingga akhir surat "an-nas".
Adapun pembagian hizib yang ada pada al-qur an sekarang ini tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.
BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (MIRIP) DALAM AL-QUR AN?
Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang hampir sama (mutasyabih) adalah dengan  cara membuka mushaf lalu bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya, kemudian buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika anda melakukan murajaah hafalan perhatikan perbedaan tersebut dan ulangilah secara terus menerus sehingga anda bisa mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).

KAIDAH DAN KETENTUAN MENGHAFAL:
1-   Anda harus menghafal melalui seorang guru atau syekh yang bisa membenarkan bacaan anda jika salah.
2-   Hafalkanlah setiap hari sebanyak 2 halaman, 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib, dengan cara ini insya Allah anda akan bisa menghafal al-qur an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun, akan tetapi jika anda memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka anda akan sulit untuk menjaga dan memantapkannya, sehingga hafalan anda akan menjadi lemah dan banyak yang dilupakan.
3-   Hafalkanlah mulai dari surat an-nas hingga surat al baqarah (membalik urutan al Qur an), karena hal itu lebih mudah.
4-   Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf tertentu baik dalam cetakan maupun bentuknya, hal itu agar lebih mudah untuk menguatkan hafalan dan agar lebih mudah mengingat setiap ayatnya serta permulaan dan akhir setiap halamannya.
5- Setiap yang menghafalkan al-quran pada 2 tahun pertama biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa "tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa cobaan bagi para penghafal al-qur an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena meghafal al-quran merupakan harta yang  sangat berharga dan tidak tidak diberikan kecuali kepada orag yang dikaruniai Allah swt, akhirnya kita memohon kepada-Nya agar termasuk menjadi hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana ini. Amin ya rabal 'alamin.

Disusun Oleh:

Dr. Abdul Muhsin Al Qasim
( Imam dan Khatib masjid Nabawi)