Selasa, 09 Oktober 2012

7 Hiikmah Memelihara Jenggot

Jenggot merupakan salah satu sunnah Rosul kepada kaum muslimin yang laki-laki. Pada zaman shahabat, jenggot digunakan sebagai alat pembeda antara kaum muslimin dengan musyrikin ketika peperangan. Sedangkan mencukurnya, Yusuf al Qorodhowi membagi menjadi tiga pendapat :
  1. Haram, sebagaimana dikemukan oleh Ibnu Taimiyah dan lainnya.
  2. Makruh, sebagaimana diriwayatkan dalam Fathul Bari dari pendapat Iyadh, sed ang dari selain Iyadh tidak disebutkan.
  3. Mubah, sebagaimana dikemukakan oleh sebagian ulama modern.
Hari ini, kaum kuffar dengan keangkuhannya melabeli jenggot sebagai ciri teroris dan meyudutkan kepada mereka yang mengamalkan sunnah Rosul ini. Dan dari segi mode pun, orang berjenggot dikatakan orang yang kaku dan kur ang fleksible sehingga sebagian ikhwan merasa berat untuk mengamalkannya.
Berikut beberapa hikmah dalam memelihara jenggot yang mungkin belum dikenal banyak orang. Semoga menambah semangat dan keistiqomahan ikhwah semua sebagai kaum muslimin yang mengamalkan sunnah.

1.     Jenggot Untuk Kesehatan
  1. Jenggot melindungi wajah dari bahan kimia berbahaya, dan polusi di udara, yang akan menyebabkan kerusakan sel, dan meningkatkan kerutan dan kulit buruk. Jadi menjaga jenggot melindungi kulit Anda dari unsur-unsur jahat, mengurangi keriput, penuaan, dan kulit buruk.
  2. Jenggot menyelimuti kulit, dan melindungi kelenjar sebaceous dari terinfeksi oleh bakteri acne vulgaris, sehingga mencegah jerawat / bintik-bintik / jerawat
  3. Menjaga wajah Anda lebih hangat dan melindungi Anda dari bahaya dagu.
  4. Mencegah penyakit tenggorokan dan gusi.
  5. Sebagian besar masalah pernapasan dicegah dengan menjaga jenggot
  6. Seorang Doktor di Amerika, CHARLES HOLMES ...Menyatakan, "Saya tidak mengerti mengapa orang merasa tidak nyaman dengan jenggot Ketika orang memiliki rambut di kepala mereka lalu apa masalahnya dengan menjaga rambut di wajah. Jika seseorang kehilangan rambut pada kepala maka orang akan merasa malu tetapi mengherankan orang mencukur jenggot mereka dengan kepuasan. Sebuah jenggot panjang menyelamatkan seseorang dari dingin hingga lehernya.

2.     Budaya Orang Berpendidikan
Jenggot bukan hanya perintah dari hukum suci. Para Dokter dan filusuf bertahun-tahun lalu cenderung berpenampilan berjenggot; sebagai contoh misalnya, Charles Darwin, Louis Pastar, Abrahim Lincon dan banyak lainnya. Para ahli beladiri, shifu dan master juga berpenampilan jenggot. Hanya baru-baru ini orang mulai menghilangkannya.
 
3.     Lebih Punya Daya Tarik Di Mata Wanita
Dokter Daniel G. Freeman, dari University of Chicago, melakukan penelitian tentang nilai reproduksi jenggot laki-laki. Untuk menguji teorinya Dokter Freedman dan mahasiswa pascasarjana-nya meminta sekelompok mahasiswa tentang perasaan mereka tentang jenggot dengan memberi mereka kuesioner dan wawancara mereka. Selanjutnya dari mahasiswa pascasarjana tersebut mewawancarai tujuh perempuan tentang perasaan mereka terhadap laki-laki dengan jenggot. 
Para siswa perempuan menilai sebuah wajah pria berjenggot sebagai lebih maskulin, mandiri, canggih dan matang dibandingkan dengan wajah laki-laki yang dicukur bersih. Mereka menyimpulkan dari studi bahwa jenggot meningkatkan "magnet lawan jenis" dan ke-attractive-an. Membuat pria lebih menarik di mata wanita. Kehadiran jenggot membuat seorang pria tampil lebih maskulin dengan perempuan, dan perempuan merasa lebih feminin ke arahnya. wow.
*Penelitian ini dilakukan oleh Dokter Freedman dalam bidang psikologi sosial menunjukkan bahwa kehadiran jenggot di wajah pria itu membuatnya lebih menarik secara seksual bagi perempuan.
4.     Persepsi Kepribadian Istimewa Bagi Para Jenggoters
Dalam edisi 1973 psikologi, Robert J. Pelligrini, seorang psikolog dari California State University menerbitkan hasil percobaan pada persepsi kepada orang dengan jenggot dan orang tidak berjenggot .Untuk melaksanakan percobaan, Pelligrini mengumpulkan delapan pemuda berjenggot usia 22-25 tahun, yang bersedia untuk mencukur jenggotnya. Semua orang secara profesional difoto di setiap keadaan berikut:
  1. Penuh jenggot
  2. Jenggot tipis
  3. berkumis
  4. Bersih dicukur
Setelah menyelesaikan sesi fotografi, ada total 32 foto yaitu empat foto dari masing-masing delapan orang. Dalam percobaan, foto-foto secara acak didistribusikan kepada subyek yang diminta untuk menilai kesan pertama mereka berdasarkan sejumlah ciri-ciri kepribadian. Subyek yang dievaluasi foto dikompromikan 64 laki-laki dan 64 mahasiswa psikologi perempuan. Oleh karena itu, setiap foto dinilai oleh dua laki-laki dan dua perempuan.
Hasil penelitian Pelligrini ini menunjukkan dengan korelasi umumnya positif antara jumlah rambut pada wajah seseorang, dengan persepsi sebagai maskulin, tampan, dominan, matang, berani, bebas, non-confirming, lebih sehat dan menarik
5.     Jauhi Maksiat Karena Berjenggot
Manfaat lain dari janggut adalah bahwa hal itu menyelamatkan orang dari dosa. Sebagai contoh Anda dapat mengubah pakaian Anda dan menjadi salah satu orang umum, namun, jenggot membedakan dari muslim taat dan tidak. Jadi seseorang akan berpikir dua kali sebelum pergi ke suatu tempat yang dilarang
Selain itu, orang lain akan berpikir dua kali juga untuk mengajak anda bermaksiat. Pasti ada rasa malu dalam hati seseorang untuk melakukan hal buruk. Oleh karena itu, jika ingin mengajak orang lain, ia akan cenderung untuk mengajak orang yang senasib, alias sama-sama gak beres, yang lebih bisa menerima keadaannya.
6.     Efesiensi Waktu Anda Hingga 139 Hari
Berapa total wakt u yang dihabiskan oleh seorang pria dalam seumur hidup nya untuk mencukur jenggot? Dr Herbert Mescon dari Boston University melakukan penelitian untuk memberikan jawaban dari pertanyaan ini. Dr Mescon menghitung bahwa jika remaja mulai mencukur pada saat 15 tahun, maka dalam usianya ke 55 atau lebih, ia cenderung menghabiskan sekitar 3350 jam (yang setara dengan sekitar 139 hari penuh) pada tugas ini dalam hidupnya . Itu adalah jumlah yang luar biasa , yang secara harfiah berjalan sia-sia. Anda dapat memanfaatkannya untuk menghasilkan uang yang banyak. Seseorang justru menghabiskan uangnya pada produk untuk mencukur (pisau cukur, gel cukur, lotion cukur dll)
7. Identitas Bahwa Anda Adalah Pria.
Anda dapat dipastikan bukan wanita karena berjenggot. Karena sudah sangat jelas bahwa hormon yang dimiliki wanita tidak menstimulasi pertumbuhan jenggot. Kumis masih dimungkinkan. Banyak wanita yang memiliki bulu tipis di atas bibirnya walau tidak setebal milik pria.
Bukan hanya identitas sebagai pria, tapi juga identitas bahwa anda pria normal. Sebabnya, kebanyakan gay benci terhadap jenggotnya. Ketika mencari pasangannya, ia akan yakin orang berjenggot bukanlah bangsanya. Oleh karena itu, anda selamat dari gangguan gay, dengan anda memelihara jenggot.
Wallahu a'lam
(Ayyas)

Senin, 08 Oktober 2012

ISLAM: THE UNIVERSAL RELIGION OF INTEGRITY AND EQUILIBRIUM


Man is a being in three parts

Man is a being in three parts, composed of the spirit, the carnal soul and the body, each needing to be satisfied. These three components are so interrelated with one another, and their needs are so different that neglecting one results in man’s failing to attain ‘perfection’
.
As the Quran expresses it, “Beautified for mankind is the love of lusts-women, children, stored-up heaps of gold and silver, horses of mark, cattle and tillage.” (3:14) Man’s physical make-up and individual characteristics produce in him certain inclinations, and he can neither avoid satisfying these lusts which have been ingrained in him by the Creator, nor can he be rid of them.

Just as we do not mean that man is free to do whatsoever he wishes to satisfy his lusts when we speak of his being unable to avoid satisfying them, so too, we do not imply that he cannot do anything regarding his inclinations when we speak of his incapacity to get rid of them. On the contrary, he can change his inclinations by using his will, and he can control his lust, anger and other emotions and channel them to propel himself along the path of perfection and wisdom.
Man has to satisfy both his material and spiritual needs

Man, made up of dust, which is the earthly element of his existence, and the spirit, the heavenly element of his existence, has to satisfy both his material and spiritual needs. Just as he is subject to the power of anger and passion, he also can exercise the power of intellect. He is neither a plant nor an animal only, but he is a unique being having both vegetable and animal aspects.

Just as man’s physical body is subject to its own pleasures and diseases, his spirit too has its joys and ailments. What harms the body is sickness, and what gives it pleasure lies in its well-being, health and whatever is in harmony with its nature. As for the pleasures and diseases of the spirit, they depend on whether the carnal soul has been purified or not.
Man’s most important problem is to attain happiness

Man’s most important problem inseparable from his existence and the ultimate aim of his life is to attain felicity and happiness. The most consummate happiness for man is to become the embodiment and manifestation of Divine Attributes and the characteristics. The soul of a truly happy man is developed by the knowledge and love of God, and it is illuminated by an effulgence emanating from the Godhead. When that happens, nothing but beauty emanates from him, since beauty can emanate only from what is beautiful.
Man’s happiness lies in reformation of the three faculties of his soul
It should be kept in mind that true felicity cannot be reached or retained unless all the faculties and powers of the soul are purified and reformed. By reforming some faculties of the soul, or all of them, for a short period of time only, happiness will not
1
be attained. Its case is similar to physical health. A body can be said to be healthy only when all its limbs and organs are lastingly healthy. Therefore, the individual who seeks to attain ultimate and perfect happiness must free himself or herself from the clutches of the demonic and animal forces and step onto the ladder to ascend to higher realms.
When we speak of man’s purifying his faculties and powers, we do not mean that he should eliminate his desires and anger, and destroy his reproductive instincts, or capacity for self-defense. Man could not exist without these instincts, so he must preserve them. If he did not possess the power of intellect, it would be impossible for him to distinguish between good and bad, right and wrong, true and false, and if he did not possess the faculty of anger, he would not be able to defend himself against attacks which threaten his life. If the force of sexual attraction and desire did not exist in man, the continued existence of the human species would be threatened. It is for man to avoid extremes in expressing his powers and faculties and to maintain a balance and moderation so that they may perform their functions properly. The purification and training of each one of these faculties results in the emergence of a particular ability in the human being.
The purification and training of the intellect results in the acquiring of knowledge, and ultimately of wisdom, in the human being. The purification of the power of anger results in the emergence of the faculty of courage, and subsequently of forbearance. The purification of passion and desire results in the development of the virtue of chastity. Those moral virtues, which a man attains as he rises towards perfection and realizes true happiness are wisdom, courage, and chastity.
If every virtue is thought of as the center of a circle, and any movement away from the center is considered a vice, the farther away the movement from the center is, the greater the vice is. For every virtue, therefore, there are innumerable vices; since there is only one center in a circle, whereas points all around it are infinite in number. With regard to deviation, it does not make any difference in which direction the deviation occurs; deviation from the center, in whatever direction, is a vice.
There are two extreme points related to each moral virtue, one is a deficiency, the other an excess. The two extremities connected with wisdom are stupidity and cunning. As to courage, they are cowardice and rashness; concerning chastity, they are lethargy and uncontrolled lust.
Where does man’s perfection lie?
So man’s perfection, the ultimate purpose of his existence, lies in maintaining a condition of balance and moderation between the two extremes relating to every virtue. As regard with the result of maintaining a balance and moderation, Ali ibn Abi Talib is reported to have said:
Surely God has characterized the angels by intellect without sexual desire and passions, and anger, and the animals with anger and desire without intellect. He exalted man by bestowing upon him all of these qualities. Accordingly, if man’s intellect dominates his desire and ferocity, he rises to a station above that of angels, because this station is attained by man in spite of the existence of obstacles which do not vex the angels. (Nahj al-Balagha) 2
One of the important points to mention with regard to man’s earthly existence is that he is a social, civilized being living in co-existence with his fellowmen, so that his earthly life covers social, political, and economic aspects as well as spiritual ones. Man, because of his worldly nature, can be too obedient a servant of his desires. When men who are under the influence of their lusts gain power to rule over their fellows, they light fires of oppression on the earth and reduce the poor and the weak to being their slaves. The human history is full of such instances. God, on the other hand, is All-just and never approves injustice and oppression, so the religion He has revealed must, and does, cover all aspects of human life.
Islam and other ‘religious’ traditions in guiding man
It can be argued that almost all the moral or religious movements of revival prior to Islam arose in reaction to the circumstances then existing in a certain locality. This explains why they were lacking in some principles and failed to give complete guidance for all aspects of life. Taoism, for instance, taught the corrupted community of China which had sunk into all kinds of vices, the complete negligence of material pleasures. The Confucian world-view was opposed to the principles of Taoism, and called the people who had been leading a monastic life based on spiritual purification and individual piety to found a virtuous state, and live a fully social life.
The same is true with the Indian people. The vast, fertile country of Rajahs was the object of several invasions which occurred over the centuries, and the Indian religions developed extreme mysticism and asceticism as a reaction against the luxury and debauchery which had been once prevalent.
As for Christianity, particularly in the beginning, it developed too much as an other-worldly religion. This was partly because it emerged as a reaction to Jewish hypocrisy and materialism but more particularly, as Jesus Christ himself admitted, because it was not the final and complete Divine message for mankind, but the revelation only for one nation at a certain period:
I have much more to tell you, but now it would be too much for you to bear. When, however, the Spirit of truth comes, who reveals the truth about God, he will lead you into all the truth. He will not speak on his own authority, but he will speak of what he hears and will tell you of things to come. (John, 16:12-13)
Five centuries after Jesus, the Spirit of truth appeared in the person of the Prophet Muhammad (God’s blessings be upon him), bringing the whole truth to mankind. God revealed that He had sent him to the whole of mankind (34:28). He never spoke on his own authority, but he always spoke of what was revealed to him, as foretold by Jesus and also mentioned in the Qur’an (53:3-4). Besides, no prophet other than Muhammad (peace be upon him) emerged after Jesus and no one other than him revealed the truth about God. Almost everyone in the world had been associating partners with God before his advent: “Most part of men believe not in Him, but they associate other gods with Him” (Qur’an, 12:106). As people measured not God with His true measure (6:91), some imputed to Him a son without any knowledge, while some others regarded the angels as His daughters, although He is exalted completely above what they were describing. Thus, Muhammad, upon him be peace and blessings, came and revealed the truth about God and emphasized His Unity. With him God perfected religion and declared that the true religion with Him is Islam (3:19) and, therefore, whoso desires another religion than Islam, it shall not be 3
accepted of him; in the next world he shall be among the losers. (3:85) As related by Jesus himself (John, 16:14), the Prophet Muhammad, upon him be peace and blessings, “acknowledged the true glory of Jesus” by revealing to the world what is important for people to know about his life and teachings. Finally, the message which Muhammad, upon him be peace and blessings, brought from God is the last and the complete message for mankind because he is the Seal of Prophets.
Islam contains complete guidance for all aspects of human relationships, and for all nations and ages
Unlike any other religion, which, because it was confined to one nation, and to a certain period only, lacks the principles to control the whole of life, Islam contains complete guidance for all aspects of human relationships, and for all nations and ages. Islam is a system of faith related to behavior which combines action, intention, and faith, and takes the totality of life of the complete man into consideration. Although it gives much emphasis to the spiritual aspect of man’s existence, yet it never neglects the social, administrative and economic aspects of life. Thus, the Qur’an expresses the qualifications of the guides appointed to educate men, and describes the foundations of a perfect community as follows:
Thus, We appointed for you a Messenger from amongst you so that he will recite to you Our signs, purify you, and teach you the Book, wisdom and teach you what you know not. (2:151)
Islam is the way of love, knowledge and action, therefore, as expressed in the verses quoted above, man needs signs. Every event in the universe and human life is a sign, on which man is to contemplate and through which he can find ways to the Sublime Creator.
Islam weds sciences and spiritual purification and morality
Man, by contemplating these signs, under the guidance of the Holy Scripture, can attain to the knowledge of God and faith, and can lead a virtuous life based upon this faith, thus purifying his soul of evils and sins. Again by means of the same signs, man has been able to found modern sciences, which have their origin in the ‘signs’, which are the ‘Divine laws of nature’. It should be pointed out that only a soul which has been purified can bring benefit to mankind through the sciences. Otherwise, as witnessed in the last phase of human history, science and technology can be so deadly to mankind that millions of people lose their lives, and other millions of them are left homeless as orphans and widows. Only when purified souls are endowed with sciences and enabled to employ them, does this lead to true felicity and salvation for mankind.
Man, although purified and endowed with the sciences, has to share his life with his fellowmen. That is why the Last Messenger of God, as stated in the Qur’an, was sent together with the Book, which contains the Divine principles of social life, and with the Balance so that human beings could follow absolute justice. The Balance is the Divine standard in conformity with which Authority puts the Book into practice in order to secure justice in the society. Thus, any religion or system which lacks the principles of spiritual purity or the conditions of a virtuous social life is far from providing true felicity for mankind. As will be explained, and as witnessed by history, Islam has been able to give complete guidance for the life of this world and the next, 4
5
with nothing essential omitted. The Prophet Muhammad (upon him be peace and blessings) having been sent as “the blessing for all the worlds”, and with the Quran, which will last forever without being corrupted, there is no requirement for any renewal of the Divine message through another Prophet.
Does Islam have to change with the passage of time?
Some people, however, argue that the passage of time itself is a sufficient ground for the need of new guidance and, hence, a religion which was revealed some fourteen centuries ago must necessarily grow obsolete and become a thing of the past, not suited to the needs of the new age. This objection is totally unfounded. Islam’s teachings, first of all, are eternal, because they have been revealed by God, Who knows all about the past, present and future and Who Himself is eternal. It is the human knowledge which is limited. It is the human eye which cannot see the vista of future, not God Whose knowledge is above all the limitations of time and space.
Second, Islam is based on essential human nature, which is constant and not subject to change according to time and space. It is a modern illusion which sees everything subject to change. In human life and in nature there is a beautiful balance between elements of permanence and change. It is the outward forms which change while the fundamental principles, the basic values and the essential human nature together with men’s basic needs remain unchanged. The Quran and the Sunna propound the eternal principles of Islam, while through Ijtihad particular needs of every age are deduced from them. Ijtihad, however, is neither independent reasoning as thought of by Schacht nor free-thinking as defined by Gibb, but it is a technical term in Muslim jurisprudence. It is a legal principle which has been defined by Muslim scholars as “the competency or legal ability to deduce rules of law through juristic speculation from original sources where definite authentic decisive texts are not specific.” To cite an example, Islam has no objection to making laws to control the modern traffic, but murder will remain as a capital sin and a grave crime which deserves a heavy punishment even if it is committed by a driver.
A man comes to a famous Muslim jurist and says to him: “You argue that the Quran contains every principle to cater for modern needs. If so, can you show me whether the Quran teaches us how many loaves of bread can be made from a kilo of flour?” The jurist’s answer is very significant to understanding the essence of the matter: “Yes, the Quran teaches us how many loaves of bread can be made from a kilo of flour. It enjoins us to refer to the people of expert knowledge for what we do not know ourselves. (16:43) So, go and ask a baker about it. ”
Islam is the only religion which has established machinery for the perennial evolution of human society in accordance with the fundamental principles and permanent values of life.
Extracted from internet material on www.thewaytotruth.org

Senin, 01 Oktober 2012

SAMSAM NURHIDAYAT: Perempuan yang Baik Hanya Untuk Laki-laki yang Bai...

SAMSAM NURHIDAYAT: Perempuan yang Baik Hanya Untuk Laki-laki yang Bai...: Banyak pertanyaan dari sebagian ikhwah tentang hal ini, apakah pernyataan topik di atas ini tepat?. Mungkin jawabannya bisa ia atau ti...

Perempuan yang Baik Hanya Untuk Laki-laki yang Baik???


Banyak pertanyaan dari sebagian ikhwah tentang hal ini, apakah pernyataan topik di atas ini tepat?. Mungkin jawabannya bisa ia atau tidak, tergantung kita menyikpanya. Landasan ayat yang sering digunakan hujjah adalah terdapat pada surat An-Nur ayat 26 yang artinya :

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji (pula). Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik (pula) dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang (menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia”

Inilah ayat yang sering dijadikan landasan dan dalil bahwa perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik pula. Di sisi lain kita melihat realita sejarah yang bereseberangan dengan ayat ini yakni istri-istri Nabi yang durhaka. Seperti istri nabi Nuh AS, istri Nabi Luth yang semuanya adalah orang-orang yang durhaka. Termasuk kita membaca  bahwa istri Fir’aun yakni Siti Asiah merupakan tipe wanita shalihah dan beriman kepada Allah SWT. Begitupun di masa kita banyak terjadi yang tidak ideal menurut pandangan kita sendiri, misalnya seorang wanita yang shalihah namun mendapatkan suami yang kurang shalih begitu pula sebaliknya.

Jika dilihat dari Asbabun Nuzulnya, ayat ini menjelaskan tentang kesucian Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘Anha yang difitnah oleh orang-orang munafik dengan Shafwan bin Al-Mu’athal. Sehingga dengan fitnahan yang dilontarkan oleh kaum munafik jiwa Rasulullah SAW. Terguncang begitu pula dengan ayahnya Abu Bakar RA. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya (yaitu ayat ini) yang menyatakan bahwa Aisyah adalah wanita yang baik lagi suci dari tuduhan-tuduhan keji tersebut. (Sebagaimana dijelaskan Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazaairi dalam Tafsirnya).

Mengomentari ayat diatas Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi  menyatakan bahwa ayat ini jangan disalah fahami maknanya bahwa dengan sendirinya seseorang yang baik akan mendapatkan jodoh yang baik pula. Namun ayat ini merupakan pengkondisian terhadap orang-orang yang Beriman agar selalu memilih yang terbaik untuk menjadi pendamping hidupnya, baik laki-laki ataupun perempuan. Banyak ayat-ayat yang serupa yang ada dalam Al-Qur’an termasuk ayat yang menyatkan bahwa kota Mekkah akan aman. Namun kadangkala di Makkah terjadi huru-hara atau kejadian yang lainnya seperti banjir dan musibah alam yang lainnya. Ayat- ayat tersebut memerintahkan supaya orang-orang yang beriman selalu menjaga keamanan dan tidak membuat kerusakan di Kota Makkah (pengkondisian Allah terhadap orang-orang beriman).
Termasuk masalah pendamping hidup jangan sampai kita salah memahami ayat ini (surat An-Nur ayat 26) yakni dengan sendirinya seseorang yang shalih dan shalihah akan selalu bertemu dalam sebuah perjodohan dan ikatan suci pernikahan, tidak demikian.  Oleh sebab itu maka pilihlah pendamping hidup yang terbaik dengan cara memilihnya, yakni berikhtiar dan berdoa kepada Allah. Hal yang terbaik bisa dilakukan dengan istikharah (baik berdoa kedapa Allah untuk diberikan pilihan yang terbaik ataupun dengan bertanya terhadap orang-orang yang dekat dengan orang yang kita pilih. 

Sekedar mengingatkan hadits Rasulullah SAW. Yang menyatakan ada empat kriteria yang harus dipilih yakni kecantikan/ketampanannya, hartanya, keturunannya dan agamanya. Dari keempat hal tersebut maka prioritaskan agamanya karena itulah yang akan membawa jalan pada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
So bagi sekalian ikhwah yang sudah mampu bersegeralah jika belum maka sering-sering melakukan shaum untuk menolak gejolak hawa nafsu. SHALIHKAN DIRI dan PANTASKAN DIRI untuk menyempurnakan setengah Deen ini.




Disusun di : Asrama Mahasiswa Bina Tauhid Universitas Djuanda Bogor
Pada         : 2 Oktober 2012
Oleh          : Alfaqir Ilallah Samsam Nurhidayat (Mahasiswa Agribisnis UNIDA Bogor, Semester 7)



Minggu, 30 September 2012

Tinjauan Historis Menghadapi Krisis Pangan : Kajian Tematik Terhadap Kebijakan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam dalam menghadapi Krisis Pangan


Sebagaimana kita tahu manusia tidak bisa dilepaskan dari sejarahnya, bahkan kita diperintahkan untuk mengambil pelajaran dari sejarah yang telah berlalu. Karena dari sejarah kita bisa belajar berbagai hal termasuk bagaimana manajemen pengelolaan pangan yang diterapkan di masa kenabian Yusuf ‘Alaihissalam, sebagai tindakan preventif dalam menghadapi krisis pangan yang akan terjadi.
Ancaman krisis pangan bukan merupakan hal baru tetapi hal ini sudah terjadi sejak peradaban Mesir kuno. Pada masa itu sejarah mencatat terjadi krisis pangan akibat perubahan iklim ekstrim yakni musim hujan (masa subur) dan El-Nino (musim kering) selama tujuh tahun berturut-turut. Walaupun pada saat ini kita belum pernah mengalami kondisi seekstrim itu. Informasi ancaman pangan datang dari mimpi raja Mesir pada saat itu yang melihat tujuh ekor sapi yang kurus dan tujuh butir gandum yang hijau serta 7 yang lainnya yang kering. Dengan kejadian mimpi seperti itu kemudian dia mengundang para pegawai istana termasuk para cerdik cendikia untuk mendapatkan informasi yang jelas dari mimpi yang dialaminya. Saat keadaan itu tampillah Nabi Yusuf sebagai penta’wil mimpi untuk memprediksi 14 tahun kedepan yang akan terjadi. Tentunya apa yang Nabi Yusuf sampaikan datang melalui wahyu sebagai ‘Pengetahuan’ langsung yang diterima dari Tuhannya. Dengan kemampuan, Pengetahuan, amanah serta seorang yang dapat dipercaya akhirnya Raja Mesir mengangkat Yusuf sebagai bendaharawan negara (QS. 12:55).
Nabi Yusuf ‘Alaihissalam yang dianugerahi kecerdasan oleh Allah SWT. menyusun strategi antisipasif dengan melaksanakan produksi massal gandum, teknologi pasca panen yakni dengan melakukan penyimpanan dengan memetik bersama tangkainya, manajemen stok pangan yang berkeadilan dan dengan prinsip tolong-menolong yang diterapkan antar warga yang mengalami kesulitan pangan. Semua langkah yang dilakukan oleh Beliau disebutkan secara tersirat di dalam Al-Qur’an (QS.12: 43-53).
Pertanyaannya bagaimana kita bisa mengaplikasikan sejarah yang kembali berulang di masa kita. Negara kita adalah negara yang subur dan potensi pertanian yang ada disini sungguh besar sehingga negeri kita disebut sebagai negara agraris. Kalau dilihat dari sini jelas kita berbeda dengan Mesir, Namun sangat ironis dengan banyak sekali bahan pangan yang diimpor dari negeri tetangga. Jangan sampai kita melawan dan menyalahi takdir Allah yang sudah  anugerahkan berupa  potensi Sumberdaya alam yang kaya raya  salah satunya dengan menyediakan kesuburan tanah yang cocok untuk segala jenis tanaman. Kebijakan pemerintah yang tidak pro kepada petani ditambah dengan banyaknya oknum masyarakat yang mengkonversi lahannya untuk kepentingan lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi. Mereka berfikir bahwa pertanian yang selama ini dijalani tidak memberikan dampak positif secara ekonomi.
Dari sejarah di atas kita bisa mengambil pelajaran yang bisa kita tiru dalam menghadapi krisis pangan yang mungkin saja terjadi. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam memiliki pengetahuan yang luas, komprehensip serta terintegrasi mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengelola hasil pangan. ‘Pengetahuan’ yang beliau miliki tentunya dari wahyu yang Allah anugerahkan kepadanya, sementara kita saat ini hanya bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat empiris dari pendekatan sains. Pentingnya pengetahuan sangat dirasa hal yang paling penting. Kurangnya penguasaan informasi dan data yang ada terkait kondisi pertanian meruapakan kendala terberat yang dihadapi para stakeholder saat ini. Sehingga kebijakan yang diterapkan bersifat parsial dan tidak integratif.
Pengetahuan yang berkaitan dengan peguasaan informasi dan data yang real merupakan hal mutlak yang harus dimiliki setiap pemangku kepentingan (stakeholder) baik petani, pemerintah, investor dan konsumen. Nabi Yusuf ‘Alaihissalam mendapatkan informasi yang lengkap melalui perantara wahyu. Sementara saat ini wahyu sudah tidak turun lagi, maka kita bisa menggunakan sarana prasarana moderen dalam mendapatkan informasi terkait kondisi pertanian yang ada. Penggunaaan IT dalam  mendata petani, kondisi lahan, pendamping petani, pemasaran dan hal-hal yang  terintegrasi dari  hulu sampai ke hilir menjadi hal mutlak yang harus dikuasai sehingga kondisi harga stabil dan stok cadangan pangan terjamin.
Selama ini pemerintah kadang memberikan statement yang seolah-olah kondisi pangan yang ada aman bahkan bisa mengalami surplus, namun hal itu hanya pernyataan belaka tanpa tahu dimana lahannya, siapa petaninya, berapa produktifitas yang dihasilkan lahan tersebut. Hal ini terjadi karena data dan informasi yang diterima tidak menyeluruh karena tidak didukung dengan teknologi informasi terkini sehingga menghambat ‘pengetahuan’ itu sendiri. Sehingga dengan hal tersebut banyak sekali kebijakan yang berupa  perundang-undangan atau Perda yang tidak realistis bahkan cenderung merugikan petani.
Dengan bekal pengetahuan yang komrehensip dari data dan informasi yang akurat kita bisa melakukan langkah-langkah yang bersifat teknis, sosiologis, teologis, serta manajemen dampak.
Pada langkah teknis kita memerlukan pengetahuan terkait pembenihan, intensifikasi pertanian, manajemen stok dan manajemen sumberdaya. Perbenihan mulai dari perakitan varietas yang toleran cekaman abiotik (tahan rendaman maupun toleran kekeringan), cekaman biotik (hama penyakit), produktivitas tinggi, maupun melalui teknologi benih yang dapat meningkatkan daya simpan sehingga varietas tersebut dapat tersedia di lapangan. Pada manajemen stok institusi negara dituntut untuk menjamin ketersediaan pangan sehingga terjamin sepanjang tahun. Dalam kondisi krisis, maka mekanisme pasar hanya akan menguntungkan segelintir rent seeker, sehingga perlu diambil alih negara. Pada manajemen sumberdaya terutama air perlu dilakukan pengelolaan kelimpahan air sehingga pada saat kekeringan bisa dimanfaatkan, kampanye penghematan air perlu terus digalakkan.
Langkah sosiologis merupakan pendekatan yang harus dilakukan terhadap para petani, yakni pendekatan manusia dalam sistem tolong menolong dan partisipasi petani. Sebetulnya hal ini adalah jatidiri bangsa kita yang saat ini mulai terkikis dan harus mulai dibangkitkan kembali. Masalah pangan tidak bisa diselesaikan secara sendiri tapi harus diselesaikan secara bersama dan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Partisipasi yang dilakukan petani penting adanya dalam menjamin keberlanjutan pasokan pangan. Sudah selayaknya petani mendapatkan apresiasi berupa intensif harga, kemudahan akses saprodi dan proteksi negara.
Langkah teologis dilakukan dengan mengaktifkan berupa lembaga keuangan mikro yang bebas dari riba dan pemberdayaan serta pengelolaan zakat yaitu pendekatan yang berkeTuhanan sebagaimana negara ini berdiri dengan tidak mengesampingkan aspek teologis yang termaktub dalam Preambule Pembukaan UUD 1945.  Zakat dilakukan melalui mekanisme retribusi aset yang dimiliki kalangan kaya untuk didistribusikan kepada mereka yang miskin serta mendukung program kepentingan umum/bersama. Sasaran daripada zakat bukan agar semua orang sama rata tetapi agar tidak terjadi ketimpangan yang dirasakan seperti saat ini. Ketimpangan di bidang ekonomi biasanya akan berdampak pada bidang lainnya yakni politik budaya hingga keamanan. Pada kondisi krisis ini tentunya yang kita inginkan tetap aman  dan damai seperti yang terjadi pada masa Nabi Yusuf.
Pada bagian terakhira adalah bagaimana kita mengelola manajemen dampak jika krisis pangan benar-benar terjadi. Upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk tim yang akan mengeksekusi serta mempunyai keahlian yang tidak diragukan lagi di bidangnya serta mempunyai integritas dan moral yang tinggi seperti apa yang dicontohkan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam. Dukungan sistem anggaran dan penyediaan stok di wilayah-wilayah yang rawan, distribusi secara berkeadilan dan upaya hukum apabila terjadi kecurangan atau penimbunan bahan makanan pangan.
Kesimpulannya krisis tidak selamanya menjadi ancaman dan bencana serta suatu kekhawatiran yang berlebihan namun bisa menjadi sebuah peluang dalam meningkatkan produktifitas pangan dan memacu masyarakat meningkatkan semangat dan solidaritas sesamanya. Hal ini akan terwujud dengan adanya kepemimpinan yang amanah serta berpengetahuan dengan mengedepankan sifat Keadilan sehingga akan terwujud tatanan masyarakat yang memiliki Kesejahteraan yang mampu membawa negara keluar dari ancaman krisis pangan yang selama ini menghantui kita.

Selamat Mencoba
Samsam Nurhidayat
Mahasiswa Agribisnis Universitas Djuanda Bogor semester 7

Senin, 17 September 2012

Jamaah Al-Islamiyah Mesir Minta Presiden Mursi untuk Batalkan Kunjungan ke 

 Jamaah Al-Islamiyah Mesir Minta Presiden Mursi untuk Batalkan Kunjungan ke AS

Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Jamaah al-Islamiyah mendesak Presiden Mesir Muhammad Mursi membatalkan kunjungannya ke Amerika Serikat pada tanggal 23 September mendatang untuk berpidato di Majelis Umum PBB, karena ketegangan saat ini di negara-negara Arab dan Islam terkait atas film yang melecehkan nabi Muhammad.

"Film ini diproduksi oleh Kristen Koptik di bawah naungan Amerika," kata Assimm Abdul Majid, seorang tokoh terkemuka dalam kelompok Jamaah al-Islamiyah. "Seluruh rakyat Mesir menolaknya (film)."

Abdul Majid juga mengeyampingkan kekhawatiran bahwa AS mungkin menghentikan bantuan ke Mesir. "Hal ini bukan kepentingan AS, karena mereka tahu bahwa kita adalah negara adidaya di wilayah ini," ujarnya.

Sementara itu, Hamada Nassar, seorang juru bicara Jamaah al-Islamiyah , mengatakan AS pasti akan menghapus film dari semua situs web yang ada Google jika itu terjadi terhadap orang-orang Yahudi.

"Kami telah memilih Mursi untuk membela agama dan kesucian kami," katanya. "Dia tidak perlu takut adanya pemotongan bantuan militer AS, karena Allah akan membantu kita."(fq/ei)

Kiat Menghafal dari : Dr. Abdul Muhsin Al Qasim (Imam dan Khatib masjid Nabawi)

Segala puji Bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad salallaahu alayhi wassalam.
Dalam tulisan ini akan kami kemukakan cara termudah untuk menghafalkan al quran. Keistimewaan teori ini adalah kuatnya hafalan yang akan diperoleh seseorang disertai cepatnya waktu yang ditempuh untuk mengkhatamkan al-Quran. Teori ini sangat mudah untuk di praktekan dan insya Allah akan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin menghafalnya. Disini akan kami bawakan contoh praktis dalam mempraktekannya:
Misalnya saja jika anda ingin menghafalkan surat an-nisa, maka anda bisa mengikuti teori berikut ini:

1- Bacalah ayat pertama 20 kali:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}
2- Bacalah ayat kedua 20 kali:
وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}
3- Bacalah ayat ketiga 20 kali:
وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}
4- Bacalah ayat keempat 20 kali:
وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}
5- Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali.
6- Bacalah ayat kelima 20 kali:
وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}
7- Bacalah ayat keenam 20 kali:
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}
8- Bacalah ayat ketujuh 20 kali:
لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}
9- Bacalah ayat  kedelapan 20 kali:
وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}
10- Kemudian membaca  ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali.
11- Bacalah ayat  ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.
Demikian seterusnya hingga selesai seluruh al Quran, dan jangan sampai menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, agar tidak berat bagi anda untuk mengulang dan menjaganya.
BAGAIMANA CARA MENAMBAH HAFALAN PADA HARI BERIKUTNYA?
Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan baru, maka anda harus membaca hafalan lama dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga hal ini supaya hafalan tersebut kokoh dan kuat dalam ingatan anda, kemudian anda memulai hafalan baru dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.
BAGIMANA CARA MENGGABUNG ANTARA MENGULANG (MURAJA'AH) DAN MENAMBAH HAFALAN BARU?
Jangan sekali-kali anda menambah hafalan tanpa mengulang hafalan yang sudah ada sebelumya, karena jika anda menghafal al quran terus-menerus tanpa mengulangnya terlebih dahulu hingga bisa menyelesaikan semua al quran, kemudian anda ingin mengulangnya dari awal niscaya hal itu akan terasa berat sekali, karena secara tidak disadari anda akan banyak kehilangan hafalan yang pernah dihafal dan seolah-olah menghafal dari nol, oleh karena itu cara yang paling baik dalam meghafal al quran adalah dengan mengumpulkan antara murajaah (mengulang) dan menambah hafalan baru. Anda bisa membagi seluruh mushaf menjadi tiga bagian, setiap 10 juz menjadi satu bagian, jika anda dalam sehari menghafal satu halaman maka ulangilah dalam sehari empat halaman yang telah dihafal sebelumnya hingga anda dapat menyelesaikan sepuluh juz, jika anda telah menyelesaikan sepuluh juz maka berhentilah selama satu bulan penuh untuk mengulang yang telah dihafal dengan cara setiap hari anda mengulang sebanyak delapan halaman.
Setelah satu bulan anda mengulang hafalan, anda mulai kembali dengan menghafal hafalan baru sebanyak satu atau dua lembar tergantung kemampuan, dan mengulang setiap harinya 8 halaman sehingga anda bisa menyelesaikan 20 juz, jika anda telah menghafal 20 juz maka berhentilah menghafal selama 2 bulan untuk mengulang, setiap hari anda harus mengulang 8 halaman, jika sudah mengulang selama dua bulan, maka mulailah enghafal kembali setiap harinya satu atau dua halaman tergantung kemampuan dan setiap harinya mengulang apa yang telah dihafal sebanyak 8 lembar, hingga anda bisa menyelesaikan seluruh al-qur an.
Jika anda telah menyelesaikan 30 juz, ulangilah 10 juz pertama secara tersendiri selama satu bulan setiap harinya setengah juz, kemudian pindahlah ke 10 juz berikutnya juga setiap harinya diulang setengah juz ditambah 8 halaman dari sepuluh juz pertama, kemudian pindahlah untuk mengulang sepuluh juz terakhir dengan cara yang hampir sama, yaitu setiapharinya mengulang setengah juz ditambah 8 halaman dari 10 juz pertama dan 8 halaman dari 10 juz kedua.
BAGAIMANA CARA MENGULANG AL-QURAN (30 JUZ) SETELAH MENYELESAIKAN MURAJAAH DIATAS?
Mulailah mengulang al-qur an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari, dengan demikian maka anda akan bisa mengkhatamkan al-Quran  setiap dua minggu sekali.
Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insya Allah anda telah mutqin (kokoh) dalam menghafal al qur an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.
APA YANG DILAKUKAN SETELAH MENGHAFAL AL QUR AN SELAMA SATU TAHUN?
Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun,  jadikanlah al qur an sebagai wirid harian anda hingga akhir hayat, karena itulah yang dilakukan oleh Nabi r semasa hidupnya, beliau membagi al qur an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya beliau mengulang setiap bagian tersebut, sehingga beliau mengkhatamkan al-quran setiap 7 hari sekali.
Aus bin Huzaifah rahimahullah; aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi al qur an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawab: "kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat,  dan wirid mufashal dari surat qaaf hingga khatam ( al Qur an)". (HR. Ahmad).
Jadi mereka membagi wiridnya sebagai berikut:
-      Hari pertama: membaca surat "al fatihah" hingga akhir surat "an-nisa",
-      Hari kedua: dari surat "al maidah" hingga akhir surat "at-taubah",
-      Hari ketiga: dari surat "yunus" hingga akhir surat "an-nahl",
-      Hari keempat: dari surat "al isra" hingga akhir surat "al furqan",
-      Hari kelima: dari surat "asy syu'ara" hingga akhir surat "yaasin",
-      Hari keenam: dari surat "ash-shafat" hingga akhir surat "al hujurat",
-      Hari ketujuh: dari surat "qaaf" hingga akhir surat "an-naas".
Para ulama menyingkat wirid nabi dengan al-Qur an menjadi kata: " Fami bisyauqin ( فمي بشوق ) ", dari masing-masing huruf tersebut menjadi symbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya maka:
-      huruf "fa" symbol dari surat "al fatihah", sebagai awal wirid beliau hari pertama,
-      huruf "mim" symbol dari surat "al maidah", sebagai awal wirid beliau hari kedua,
-      huruf "ya" symbol dari surat "yunus", sebagai wirid beliau hari ketiga,
-      huruf "ba" symbol dari surat "bani israil (nama lain dari surat al isra)", sebagai wirid beliau hari keempat,
-      huruf "syin" symbol dari surat "asy syu'ara", sebagai awal wirid beliau hari kelima,
-      huruf "wau" symbol dari surat "wa shafaat", sebagai awal wirid beliau hari keenam,
-      huruf "qaaf" symbol dari surat "qaaf", sebagai awal wirid beliau hari ketujuh hingga akhir surat "an-nas".
Adapun pembagian hizib yang ada pada al-qur an sekarang ini tidak lain adalah buatan Hajjaj bin Yusuf.
BAGAIMANA CARA MEMBEDAKAN ANTARA BACAAN YANG MUTASYABIH (MIRIP) DALAM AL-QUR AN?
Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang hampir sama (mutasyabih) adalah dengan  cara membuka mushaf lalu bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya, kemudian buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan ketika anda melakukan murajaah hafalan perhatikan perbedaan tersebut dan ulangilah secara terus menerus sehingga anda bisa mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin).

KAIDAH DAN KETENTUAN MENGHAFAL:
1-   Anda harus menghafal melalui seorang guru atau syekh yang bisa membenarkan bacaan anda jika salah.
2-   Hafalkanlah setiap hari sebanyak 2 halaman, 1 halaman setelah subuh dan 1 halaman setelah ashar atau maghrib, dengan cara ini insya Allah anda akan bisa menghafal al-qur an secara mutqin dalam kurun waktu satu tahun, akan tetapi jika anda memperbanyak kapasitas hafalan setiap harinya maka anda akan sulit untuk menjaga dan memantapkannya, sehingga hafalan anda akan menjadi lemah dan banyak yang dilupakan.
3-   Hafalkanlah mulai dari surat an-nas hingga surat al baqarah (membalik urutan al Qur an), karena hal itu lebih mudah.
4-   Dalam menghafal hendaknya menggunakan satu mushaf tertentu baik dalam cetakan maupun bentuknya, hal itu agar lebih mudah untuk menguatkan hafalan dan agar lebih mudah mengingat setiap ayatnya serta permulaan dan akhir setiap halamannya.
5- Setiap yang menghafalkan al-quran pada 2 tahun pertama biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa "tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa cobaan bagi para penghafal al-qur an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena meghafal al-quran merupakan harta yang  sangat berharga dan tidak tidak diberikan kecuali kepada orag yang dikaruniai Allah swt, akhirnya kita memohon kepada-Nya agar termasuk menjadi hamba-hamba-Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana ini. Amin ya rabal 'alamin.

Disusun Oleh:

Dr. Abdul Muhsin Al Qasim
( Imam dan Khatib masjid Nabawi)